Pencegahan Dan Penanganan Kurang Kalori Protein, Anemia Gizi Besi, KVA, GAKY


hallo untuk tulisan pertama diblog ini aku akan menshare tugas kuliah ku semoga bermanfaat ya!





2.1 Kurang Kalori Protein
2.1.1 Definisi
     Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama. Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi.
2.1.2 Klasifikasi Kurang Kalori Protein
Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
a)  Kurang Kalori Protein  ringan/sedang  disebut  juga  sebagai gizi kurang  (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan.
b)  Kurang Kalori Protein  berat meliputi:
1)      Kwashiorkor
Adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun. Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan.

2)      Marasmus
Penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi  energi  yang ekstrem.
3)    Marasmik-kwashiorkor
Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Marasmik-kwashiorkor merupaan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein.


Gambar 1.1 : Perbedaan kwashiorkor dan marasmus

2.1.3 Tanda dan Gejala Kurang Kalori  Protein

Tanda-tanda dari Kurang Kalori Protein dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1.    Kurang Kalori Protein Ringan
1)   Pertumbuhan linear terganggu
2)   Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
3)   Ukuran lingkar lengan atas menurun
4)   Maturasi tulang terlambat
5)   Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
6)   Anemia ringan atau pucat
7)   Aktifitas berkurang
8)   Kelainan kulit (kering, kusam)
9)   Rambut kemerahan
2.  Kurang Kalori Protein Berat
1)   Gangguan pertumbuhan
2)   Mudah sakit
3)   Kurang cerdas
4)   Jika berkelanjutan menimbulkan kematian

2.1.4 Penanganan
Prinsip pengobatan MEP adalah :
1)      Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
2)      Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap.
3)      Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari, dan kalori 160-175 kalori.
4)      Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.
5)      Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap keluarga.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian cairan parenteral adalah sebagai berikut:
1)      Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor, dan 250 ml/kg BB/hari untuk marasmus.
2)    Jenis cairan yang dipilah adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
3)      Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam pertama, kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya.
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang dianjurkan adalah 3,0-5,0 gr/kg BB dan jumlah kalori 150-200 kkal/kg BB sehari.
Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3×5 mg/hari pada anak kecil dan 3×15 mg/hari pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-150mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2 mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda hipokalemia diberikan KCl secara intravena dengan dosis intramuskular atau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kgBB/hari selama 4-5 hari pertama perawatan.

2.2 Anemia Gizi Besi/ Anemia Defisiensi Besi
2.2.1 Definisi
     Anemia defisiensi besi adalah satu jenis anemia yang disebabkan kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang sehat. Zat besi diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah merah yang dikenal sebagai hemoglobin. Saat tubuh mengalami anemia defisiensi besi, maka sel darah merah juga akan mengalami kekurangan pasokan hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dalam sel darah merah untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Tanpa pasukan oksigen yang cukup dalam darah, tubuh juga tidak mendapat oksigen yang memadai sehingga dapat merasa lemas, lelah, dan sesak napas.
     Anemia pada umumnya mudah ditangani. Namun jika dibiarkan tanpa pengobatan, risiko penderita terserang penyakit dan infeksi semakin besar. Hal ini dikarenakan defisiensi zat besi juga berpengaruh pada sistem imunitas tubuh. Selain itu, penderita anemia kekurangan zat besi juga berisiko mengalami komplikasi pada jantung dan paru-paru, serta komplikasi kehamilan atau pasca persalinan. Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan pemberian suplemen zat besi dan upaya mengatasi kondisi yang menyebabkan anemia tersebut.
2.2.2 Gejala Anemia Gizi Besi
1)       Mudah lelah dan lemah.
2)       Nafsu makan menurun, terutama pada bayi dan anak-anak.
3)       Nyeri dada, detak jantung menjadi cepat, dan sesak napas.
4)       Pucat.
5)       Pusing atau pening,
6)       Kaki dan tangan dingin.
7)       Kesemutan pada kaki.
8)       Lidah bengkak atau terasa sakit.
9)       Makanan terasa aneh.
10)   Telinga berdengung.
11)   Kuku menjadi rapuh atau gampang patah.
12)   Rambut mudah patah atau rontok.
13)   Mengalami kesulitan dalam menelan (disfagia).
14)   Luka terbuka di ujung mulut.
15)   Restless leg syndrome (tungkai yang bergerak tidak terkontrol saat berbaring atau tidur).
     Seseorang dinyatakan mengalami anemia defisiensi zat besi saat kadar hematokrit dan hemoglobin dalam darah sangat rendah, yang dapat dilihat melalui pemeriksaan hitung darah lengkap. Kadar hematokrit normal pada pria adalah 38 hingga 50 persen, dan pada wanita berkisar antara 34 hingga 44 persen. Sementara hemoglobin normal pada wanita dewasa adalah 12 hingga 15,5 g/dL, dan pada pria dewasa adalah 13,5 hingga 17,5 g/dL. Sedangkan wanita hamil dapat digolongkan menderita anemia saat kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL.

2.2.3 Pengobatan Anemia Defisiensi Besi

     Penanganan anemia defisiensi besi dilakukan untuk mengembalikan kadar zat besi yang diperlukan tubuh, serta mengatasi penyebab anemia tersebut. Di bawah ini adalah pilihan terapi diet yang dapat dilakukan :

1.         Meningkatkan Asupan Zat Besi/ Diet tinggi zat besi

Penderita anemia defisiensi zat besi memerlukan tambahan asupan zat besi dari makanan. Oleh karena itu, para penderita disarankan untuk lebih banyak mengonsumsi:
1)       Daging merah, ayam, serta ati ayam.
2)       Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau, kacang merah.
3)       Makanan laut atau boga bahari seperti tiram, kerang dan ikan.
4)       Sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli.
5)       Sereal yang diperkaya zat besi.
6)       Buah kering, seperti kismis dan aprikot.
Diajurkan lebih banyak mengonsumsi dalam bentuk heme karena bioavailabilitas zat besi dalam makanan lebih tinggi dalam bentuk heme (diserap oleh tubuh mencapai 10-20%), yang terdapat pada jenis pangan seperti daging, ikan, dan hasil peternakan lainnya dibandingkan dengan bentuk non-heme (diserap oleh tubuh hanya sekitar 1-2%), yang terdapat pada jenis pangan lainnya seperti telur, biji-bijan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Di samping mengonsumsi makanan sarat zat besi, penderita juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C untuk membantu tubuh dalam menyerap zat besi, serta membatasi makanan atau minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti kopi, susu, teh, makanan yang sarat asam fitat.

2.         Mengonsumsi Suplemen Penambah Zat Besi

     Suplemen penambah zat besi merupakan penanganan utama yang dilakukan dokter untuk memperbaiki defisiensi zat besi yang dialami pasien. Umumnya, pasien diminta mengonsumsi 150-200 mg setiap hari. Namun, dosis tersebut akan disesuaikan dokter berdasarkan kadar zat besi dalam tubuh pasien. Pemberian suplemen penambah zat besi ini biasanya dilakukan selama beberapa bulan untuk dapat memperbaiki defisiensi zat besi. Jika usus tidak bisa menyerap zat besi dengan baik, penambah zat besi dapat diberikan melalui infus.
     Konsumsi suplemen sebaiknya dilakukan dalam keadaan perut kosong. Namun jika konsumsi suplemen ini mengganggu lambung, suplemen dapat dikonsumsi saat makan. Guna membantu penyerapan zat besi dalam tubuh, maka konsumsi suplemen sebaiknya diikuti dengan konsumsi minuman atau makanan yang sarat vitamin C. Keluhan penderita anemia defisiensi zat besi biasanya akan berkurang dalam waktu satu minggu setelah terapi. Dokter juga akan memantaunya dengan tes darah.
3.         Mengatasi penyebab anemia defisiensi zat besi
     Jika anemia defisiensi zat besi disebabkan oleh perdarahan atau gangguan penyerapan zat besi, maka penanganan dapat dilakukan melalui pemberian obat. Contohnya adalah kontrasepsi oral untuk wanita yang mengalami menstruasi dengan perdarahan berlebihan, atau antibiotik untuk mengatasi infeksi dalam usus. Sedangkan untuk perdarahan karena polip, tumor, atau miom, dokter dapat mengatasinya dengan melakukan prosedur operasi.
4. Transfusi sel darah merah
     Saat penanganan dengan suplemen tidak dapat mengatasi gejala yang dialami penderita dengan cepat, biasanya pada anemia yang berat dengan Hb rendah, maka dokter dapat melakukan transfusi sel darah merah.
2.3 Kurang Vit A (KVA)
2.3.1 Definisi
     KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya gejala kekurangan konsumsi vitamin A. Defisiensi vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi vit A. KVA dapat pula disebut kekurangan sekunder apabila disebabkan oleh gangguan penyerapan dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A.


2.3.2 Dampak KVA
     Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena infeksi dan bisa menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare.
     Pada keadaan dimana terjadi defisiensi vitamin A akan terjadi gangguan mobilisasi zat besi dari hepar, dengan akibat terjadi penurunan kadar feritin. Gangguan mobilisasi zat besi juga bisa menyebabkan rendahnya kadar zat besi dalam plasma, dimana hal ini akan mengganggu proses sintesis hemoglobin sehingga akan menyebabkan rendahnya kadar Hb dalam darah.
Terjadinya kekurangan vitamin A juga bisa berhubungan seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A.
2.3.3 Tanda dan Gejala
     Kekurangan vitamin A biasanya mengalami kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO / USAID UNICEF / HKI / IVACG, 1996 sebagai berikut :
1.      XN      : Buta senja
2.      XIA     : Xerosis konjungtiva (kekeringan pada selaput lendir mata)
3.      XIB     : Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
4.      X2       : Xerosis kornea (kekeringan pada selaput bening mata)
5.      X3A    : Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea) kurang dari 1/3 permukaan kornea
6.      XS       : Jaringan parut kornea (sikatriks / scar)
7.      XF       : Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.
 


 
Rabun senja

XIA

XIB
 
X2

 
X3A

XS

XF










 


 
                             

2.3.4 Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
     Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan (susu, hati, daging ayam, telur) atau dari sayuran hijau serta buah bewarna merah atau kuning (mangga, pepaya).
Dalam keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi kapsul vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. (Gsianturi,2004)
     Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi. Sebagai gambaran, angka 350 RE terdapat pada tiga butir telur atau 250 gram bayam. Jadi seorang anak balita memenuhi kecukupan gizi vitamin A jika ia mengonsumsi tiga telur atau 250 gram bayam dalam sehari. Namun jika bosan bisa diganti dengan sayuran dan buah yang lainnya. Buah yang mengandung AKG dalam jumlah besar, lebih dari 150 RE/100 gr, adalah pepaya, bayam, kangkung, wortel, ubi jalar, mangga, dan sebagainya
     Untuk mencegah kekurangan vitamin A juga bisa diadakan pemberian vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali dalam satu tahun. Suplementasi vitamin A dosis tinggi yang dilakukan secara berkala pada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. (Puspitorini, 2008)
     Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan kedua “tidak melalui makanan” atau non food

Bahan makanan yang mengandung vitamin A dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Bahan Makanan
Satuan Internasional (SI)/100gram
Bahan Makanan
Satuan Internasional (SI)/100gram
Bahan Makanan Nabati
Bahan Makanan Hewani
Jagung muda, kuning, biji
117
Ayam
810
Jagung kuning panen baru, biji
440
Hati sapi
43900
Jagung kuning panen lama, biji
510
Ginjal sapi
1150
Ubi rambat, merah
7700
Telur itik
1230
Lamtoro, biji muda
423
Ikan segar
150
Kacang ijo kering
157
Daging sapi kurus
20
Wortel
12000
Buah :
Bayam
6000
Apokat
180
Daun melinjo
10000
Belimbing
170
Daun singkong
11000
Mangga masak pohon
6350
Genjer
3800
Apel
90
Kangkung
63000
Jambu biji
25
Contoh Diet untuk Penderita Kurang Vitamin A (KVA)
Makan pagi :
Nasi
Tumis tempe + wortel
Ikan kembung goreng
Selingan I :
Mangga
Makan siang :
Nasi
Sayur bening wortel + bayam
Semur ayam
Selingan II :
Ubi rebus
Jus apel
Makan Malam :
Nasi
Tumis kangkung
Hati sapi goreng

2.4 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
2.4.1 Definisi
     Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) juga merupakan defisiensi yodium yang berlangsung lama akibat dari pola konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi yodium sehingga akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan menyebabkan kelenjar membesar sehingga menyebabkan gondok.
2.4.2 Dampak yang Ditimbulkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Akibat yang sangat merugikan adalah lahirnya anak kretin. Kretin adalah keadaan seseorang yang lahir di daerah endemic dan memiliki dua atau lebih kelainan-kelainan berikut :
a.         Perkembangan mental terhambat;
b.         Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli;
c.         Perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya khas, mata juling, gangguan bicara sampai bisu dan reflek fisiologi yang meninggi.


TABEL DARI DAMPAK GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
KELOMPOK RENTAN
DAMPAK
Ibu Hamil
Lahir mati, Meningkatkan kematian janin, kematian bayi, kretin (keterbelakangan mental), tuli, mata juling, lumpuh spatis, cebo, dan kelainan fungsi psikomotor
Neonatus
Gondok dan Hipotiroid
Anak dan Remaja
Anak dan Gondok, Gangguan pertumbuhan fisik dan mental, Hipotiroid juvenile
Dewasa
Gondok dan Hipotiroid


2.4.3 Cara Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
     Penanganan kekurangan yodium dapat dikoreksi dengan melakukan pola makan yang sehat dan kaya yodium. Bila perubahan pola makan tidak dapat mencukupi kebutuhan yodium, dokter dapat mempertimbangkan pemberian suplemen yodium.
     Orang-orang yang umumnya tidak mendapatkan yodium dalam jumlah cukup dari makanan sehari-hari adalah mereka yang menjalani diet vegetarian, vegan, atau wanita hamil. Suplemen yodium yang mengandung kalium adalah yang paling mudah diserap oleh tubuh.
     Bahan makanan yang kaya yodium di antaranya terdapat pada ikan laut yang mencapai 830 mg/kg, kerang dan kepiting. Cumi-cumi juga memiliki kadar yodium yang tinggi yakni 800mg/kg. Selain itu, kebutuhan yodium dapat diperoleh dari garam yang telah disuplementasi dengan yodium. Garam beryodium yang digunakan sebagai konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni mengandung yodium sebesar 30 - 80 ppm. Kebutuhan tubuh terhadap yodium adalah 100-150/g tiap orang per hari. Dianjurkan, setiap orang mengonsumsi garam beryodium sekitar 6 gram atau 1 sendok teh setiap hari.

Source :

https://m.klikdokter.com/penyakit/kekurangan-yodium/pencegahan diakses pada 20 september 2018 pukul 20.10 WIB
Putra , Lutfy Mairizal.2017. “Jangan Sepelekan Cacingan, Risikonya dari Anemia sampai Kematian", https://sains.kompas.com/read/2017/10/17/200000123/jangan-sepelekan-cacingan-risikonya-dari-anemia-sampai-kematian

Wijaya, Dwi.2017. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), http://dinkes.pidiekab.go.id/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.html diakses pada 20 september 2018 pukul 20.00 WIB

Willy, Tjin.2018. https://www.alodokter.com/anemia-defisiensi-besi diakses pada 19 September 2018 pukul 20.25 WIB
 

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Kesehatan : PERAWATAN TRAKEOSTOMI

APA BENAR KITA SUDAH MERDEKA?